Jumat, 25 Maret 2011

kalau tidak sekarang terus kapan lagi

Ingin memulai usaha sendiri? Jika ada yang bisa dimulai sekarang, mengapa harus menunggu lagi? Lebih cepat dimulai, lebih cepat pula dituai. Mulailah sekarang, mulailah dari sarana yang ada, mulailah dari diri sendiri, dan mulailah dari apa yang disenangi. Dari mana sumber ide didapat? Dari pekerjaan dan keterampilan, dari minat dan hobi, dari pengalaman, dan dari pengamatan. Ide-ide ini kemudian bisa dituangkan menjadi sebuah rencana bisnis. Selamat memulai.

Mungkin sumber-sumber ide berikut bisa kita gali untuk menetapkan jenis usaha yang paling tepat bagi kita dan pasar yang paling pas untuk kita bidik.
Pekerjaan dan Keterampilan. Menurut William E Heinecke, seorang pengusaha sukses di bidang makanan dan pariwisata di Thailand, dalam bukunya The Entrepreneur, pekerjaan yang kita tekuni, dan keterampilan yang sudah kita miliki merupakan sumber yang kaya akan ide bisnis yang tepat untuk kita. Alasannya? Dari sinilah (pekerjaan yang telah sekian lama kita jalankan, dan keterampilan yang sudah kita kembangkan) insting bisnis kita dibentuk dan dipupuk. Mary Kay Ash, sang Ratu Kosmetik, Norman Monath, pengusaha di bidang penerbitan, dan William Colgate si Raja Sabun memilih ide usaha dari pekerjaan yang pernah mereka tekuni dan keterampilan yang sudah mereka miliki. Mary pernah bekerja di perusahaan kosmetik dan menjadi tenaga penjual di perusahaan tersebut sebelum akhirnya terjun untuk membangun perusahaan kosmetiknya sendiri.


William Colgate, sebelum membangun usahanya sendiri, pernah bekerja di perusahaan sabun milik orang lain. Dari pekerjaannya ini, ia mengembangkan keterampilan teknis dan manajemen, serta mengembangkan jaringan perkenalan dengan orang-orang yang tepat yang harus dihubungi di bisnis yang ia tekuni tersebut. Norman Monath, memulai karier di perusahaan penerbitan milik orang lain. Ia bahkan sempat belasan tahun menimba ilmu di perusahaan ini dan menajamkan keterampilan editing dan pengelolaan bisnis sebelum akhirnya memutuskan untuk membangun usaha penerbitannya sandiri.


Minat dan Hobi. Sumber kedua yang juga tidak kalah pentingnya adalah minat dan hobi yang kita miliki. Kedua hal ini merupakan sumber yang memiliki kekuatan yang ampuh dalam membangun keyakinan serta motivasi bagi kita untuk memulai usaha. Umumnya orang tidak merasa terbeban untuk melakukan yang ia senangi (misalnya: minat dan hobi). Ini merupakan modal kuat bagi seorang wiraswastawan yang menekuni dunia yang memang ia cintai. Bill Gates mengandalkan hobi dan minatnya di bidang komputer sebagai sumber ide memulai kerajaan bisnisnya yang sekarang telah menggurita di seluruh dunia.


Anita Roddick, nakhoda perusahaan kosmetik yang mengandalkan bahan-bahan alami, Body Shop, terpacu memulai usahanya, karena minatnya yang besar di bidang perlindungan alam, terutama satwa. Sehingga ia akhirnya memiliki ide untuk membuat perusahaan kosmetik yang bahan bakunya adalah dari bahan nabati, bukan hewani (jadi tidak perlu membunuh hewan). Anita yakin, ada banyak orang yang memiliki pendapat yang sama untuk melindungi hewan dari kepunahan. Inilah peluang yang dibidiknya, dan yang ternyata memang telah terbukti merupakan bidikan yang tepat. Beberapa mantan olahragawan nasional (Susi Susanti, Elfira Nasution), mengembangkan usaha mereka di jalur yang sesuai dengan minat, hobi, dan pengalaman kerja: menjadi pelatih, membuka sekolah olah raga, dan toko peralatan olah raga.


Pengalaman. Pengalaman diri sendiri dan juga orang lain (apa yang kita alami, ataupun yang dialami oleh orang lain), selain merupakan guru yang baik, juga merupakan sumber ide bisnis yang kaya. Pengalaman, terutama yang buruk, memberikan kesan yang mendalam bagi kita, yang tidak mudah untuk dilupakan. Jika pengalaman tersebut adalah pengalaman buruk, maka tentunya kita tidak ingin pengalaman tersebut terulang lagi. Kita akan berusaha mencari jalan ”baru” untuk menghindari kesulitan dan masalah yang pernah kita alami. Jalan baru inilah yang memacu munculnya ide-ide bisnis yang brilian seperti yang dialami oleh Ralph Schneider dan King C. Gillette. Ralph Schneider mendapatkan ide untuk meluncurkan Diners Club (yang menjadi cikal bakal kartu kredit), dari pengalaman buruknya di sebuah restoran. Saat itu, ketika akan membayar makanan yang dipesan, Ralph baru sadar bahwa ia tidak punya uang tunai karena ia tidak membawa dompetnya. King C Gillette, merasa kesal karena sering terluka ketika ia bercukur di pagi hari dengan alat cukur yang berat dan tidak praktis. Dari pengalaman buruk inilah, ia mendapatkan ide untuk membuat pisau cukur yang ringan, relatif aman dan praktis (bisa dibuang setelah sekali dipakai).


Pengamatan. Selain pengalaman, pengamatan ternyata juga adalah sumber ide bisnis yang tak habis-habisnya. Dari pengamatan akan segala sesuatu yang terjadi di sekitar kita, kita bisa menemukan kebutuhan-kebutuhan pasar yang belum terpenuhi, yang bisa kita jadikan peluang bisnis. Bahkan, pengamatan ini merupakan keterampilan yang harus dimiliki seorang wiraswastawan. Pada prinsipnya, identifikasi kebutuhan yang belum terpenuhi merupakan konsep dari dari upaya membangun usaha. Dari pengamatan ini, banyak ide bisnis dan peluang bisnis yang bisa terus digali untuk dikembangkan. Dari hasil pengamatannya terhadap masyarakat sekitar pada waktu itu, Isaac Merritt Singer berhasil mengidentifikasi kebutuhan masyarakat akan mesin jahit untuk rumah tangga. Ide ini dituangkan menjadi peluang bisnis yang kemudian diwujudkannya dengan membuat mesin jahit yang praktis untuk digunakan di rumah (bukan di pabrik). George Eastman, juga mendapatkan ide bisnis dari hasil pengamatannya. Dulu, kamera bentuknya sangat besar, berat, harganya mahal, dan sulit dibawa ke sana-sini. Padahal banyak orang yang senang untuk difoto, dan banyak peristiwa yang perlu diabadikan. Untuk itulah, ia akhirnya memproduksi kamera yang kecil dan portable (ringan dan praktis untuk di bawa ke mana-mana.


Readmore »»

Tidak ada komentar:

Posting Komentar